Teknologi banyak membawa perubahan didalam pelbagai aspek kehidupan masyarakat, juga yang terkait dengan kesibukan perbankan. Kalangan generasi milenial dan yang lebih muda telah tak lagi merasakan sekiranya sepatutnya singgah ke kantor cabang bank cuma demi membuka account tabungan baru dan sebagainya. Tentu sja tingkat pelayanan bank juga harus ditingkatkan biar generasi milineal makin gampang untuk mendapatkan produk yang mereka inginkan. Saya sendiri sedang menikmati filosofi kopi. Oleh sebab itu, industry perbankan berkeinginan tidak berkeinginan sepatutnya mengerjakan transformasi dan berinovasi produk. Opsinya menggandeng perusahaan rintisan (start up) di bidang teknologi keuangan (financial technology). Masing-masing bank berpacu didalam ranah digitalisasi perbankan jikalau tak berkeinginan tergilas zaman yang dinamis ini.
Sekedar teladan, Tahun 2016 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk mengoptimalkan usaha financial technology (fintech) dengan meluncurkan dua product sarana keuangan berbasis komputerisasi yaitu BTPN Wow untuk kalangan menengah bawah dan Cerdik untuk menengah atas. Tentu angka harapan generasi muda akan makin meningkat biar bisa mencapai kepuasan dalam generasi milineral. Untuk dapat melayani nasabah penyedia jasa keuangan sepatutnya paham harapan pengguna jasanya yang kian menuntut kemudahan didalam bertransaksi. BTPN mengorek modal Rp500 miliar untuk mengoptimalkan fintech-nya.
Tidak berharap tertinggal Bank Bukopin juga bercita-cita untuk bertransformasi jadi keliru satu pemain didalam dunia fintech di Tanah Air. “Mulanya Fintech dianggap sebagai lawan industry perbankan konvensional, sekarang bukan lagi lawan justru perbankan konvensional sepatutnya berkolaborasi dengan fintech untuk menambahkan solusi inovatif” Tahun ini bank Bukopin bakal meluncurkan product fintech yang bakal menawarkan solusi atas permasalahan dan keperluan konsumen, seperti sarana keuangan yang lebih personal, gampang dipakai atau user friendly.
Pihak bank berpandangan komputerisasi banking telah jadi keharusan bagi bank sekiranya tak berkeinginan ditinggalkan nasabahnya. Konsumen/nasabah telah terbiasa untuk mengerjakan kesibukan mereka sehari-hari melewati komputerisasi, terasa berasal dari bersosialisasi, belanja, pesan makanan, pesan taksi, membeli karcis hingga reservasi hotel. Dengan sarana komputerisasi, nasabah dapat seketika menikmati sarana komputerisasi melainkan perihal ini belum tentu menambahkan profit secara finansial secara seketika bagi perusahaan/bank.
“Susah bagi bank tetap membebankan tarif admin lebih-lebih nasabah milenial betul-betul price sensitive, mereka maunya tersedia melewati komputerisasi, melainkan gratis. Tentu kedepannya kita juga mengharapkan pelayanan bank untuk generasi milineal makin tinggi dan berkualitas. Tidak hanya untuk mencapai tingkat kepuasan yang tinggi tapi juga untuk yang lainnya. Untuk menerima profit secara finansial melewati sarana komputerisasi, bank sepatutnya dapat mencari sisi lain kecuali tarif administrasi misalnya melewati cross sell product lain yang layak dengan keperluan nasabah.”
Di masa komputerisasi ini, bank sepatutnya bertransformasi seandainya masih berharap dilirik generasi muda. Memang memerlukan modal tak sedikit untuk mempersiapkan product tertentu bagi generasi milenial.
Sekedar teladan, Tahun 2016 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk mengoptimalkan usaha financial technology (fintech) dengan meluncurkan dua product sarana keuangan berbasis komputerisasi yaitu BTPN Wow untuk kalangan menengah bawah dan Cerdik untuk menengah atas. Tentu angka harapan generasi muda akan makin meningkat biar bisa mencapai kepuasan dalam generasi milineral. Untuk dapat melayani nasabah penyedia jasa keuangan sepatutnya paham harapan pengguna jasanya yang kian menuntut kemudahan didalam bertransaksi. BTPN mengorek modal Rp500 miliar untuk mengoptimalkan fintech-nya.
Tidak berharap tertinggal Bank Bukopin juga bercita-cita untuk bertransformasi jadi keliru satu pemain didalam dunia fintech di Tanah Air. “Mulanya Fintech dianggap sebagai lawan industry perbankan konvensional, sekarang bukan lagi lawan justru perbankan konvensional sepatutnya berkolaborasi dengan fintech untuk menambahkan solusi inovatif” Tahun ini bank Bukopin bakal meluncurkan product fintech yang bakal menawarkan solusi atas permasalahan dan keperluan konsumen, seperti sarana keuangan yang lebih personal, gampang dipakai atau user friendly.
Pihak bank berpandangan komputerisasi banking telah jadi keharusan bagi bank sekiranya tak berkeinginan ditinggalkan nasabahnya. Konsumen/nasabah telah terbiasa untuk mengerjakan kesibukan mereka sehari-hari melewati komputerisasi, terasa berasal dari bersosialisasi, belanja, pesan makanan, pesan taksi, membeli karcis hingga reservasi hotel. Dengan sarana komputerisasi, nasabah dapat seketika menikmati sarana komputerisasi melainkan perihal ini belum tentu menambahkan profit secara finansial secara seketika bagi perusahaan/bank.
“Susah bagi bank tetap membebankan tarif admin lebih-lebih nasabah milenial betul-betul price sensitive, mereka maunya tersedia melewati komputerisasi, melainkan gratis. Tentu kedepannya kita juga mengharapkan pelayanan bank untuk generasi milineal makin tinggi dan berkualitas. Tidak hanya untuk mencapai tingkat kepuasan yang tinggi tapi juga untuk yang lainnya. Untuk menerima profit secara finansial melewati sarana komputerisasi, bank sepatutnya dapat mencari sisi lain kecuali tarif administrasi misalnya melewati cross sell product lain yang layak dengan keperluan nasabah.”
Di masa komputerisasi ini, bank sepatutnya bertransformasi seandainya masih berharap dilirik generasi muda. Memang memerlukan modal tak sedikit untuk mempersiapkan product tertentu bagi generasi milenial.
Komentar
Posting Komentar